Maa, maafin aku karena terlahir jadi anak yang kurang beruntung, untuk sekian kali nya aku jatuh lagi ke lubang yang sama. Ke lubang yang aku gali sendiri.
Maa, aku masih mendengar dan mengikuti semua apa yang kamu bilang ke aku. Wanita itu harus dihargai dan dihormati. Cintailah dia tulus dan jaga lah dia baik baik. Tapi semuanya telah kulakukan, berapa kali aku jatuh lagi ke lubang yang sama. Bahkan kali ini berbeda maa.
Maa, kali ini aku jatuh cinta kepada dia yang tanganya tak dapat aku genggam.
Maa, kali ini aku jatuh cinta kepada dia yang raganya tak dapat aku dekap.
Maa, kali ini aku jatuh cinta kepada dia yang telah menggenggam hatiku tapi tak dapat aku miliki seutuhnya.
Maa, kali ini hari ini aku merasa seperti menikam jantung sendiri, sekarat tapi tak kunjung mati.
Maa, dia bukan milikku, bukan pula takdirku tapi dia melekat dihatiku.
Maa, aku ingin bercerita banyak tentangnya. Tapi aku tak tau harus mulai dari mana.
Maa, aku tidak setenang itu, tapi aku mencoba dan ingin mengendalikan perasaanku.
Maa, kamu orang tua ku yang paling mengerti sikapku selama ini. Kalau aku tidak sesabar itu, tapi kelebihanku hanya bisa menahan.
Maa, aku tidak seikhlasnya itu kan? Tapi aku hanya belajar menerima sesuatu yang tidak bisa aku ubah.
Maa, kamu tau aku tidak sekuat itu selama ini, tapi aku hanya belajar menerima semua yang menjadi takdirku.
Maa, kamu paling tau kalau aku tidak sepasrah itu. Tapi suamimu bilang aku harus percaya setiap doa yang dilangitkan tidak akan kembali dengan sia sia.
Maa, sekarang rasanya hanya ingin dipahami, tapi nyatanya hanya aku yang harusnya memahami diriku sendiri.
Maa, aku cuma ingin berdoa dan memohon kepadanya, Ya Allah' sekarang aku bersujud diatas salah dan dosa dosa ku. Meminta dengan tulus. Jangan dekatkan aku dengan siapa siapa lagi, jika orang itu memang bukan ditakdirkan untukku, dan untuk sekarang biarkanlah aku sendiri berjuang sanggupkah aku melewatinya.
Karena maa, suamimu bilang sesuatu jika dia milikmu maka dia akan menemukanmu, apa yang tertulis untukmu pasti akan jadi milikmu, sesuatu yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah tertukar sama orang lain. Katanya percayalah sepenuh hati kepada Allah bahkan saat kita tidak paham dengan apa yang terjadi, dan Allah tidak akan menghalangi jika memang dia pantas untukmu. Dan suamimu bilang Kalau kamu ingin menunggu dan percaya atau yakin sama keputusanmu sendiri. Maka menunggulah dan jangan sakiti dirimu sendiri kalau sudah tidak sanggup lagi.
Arrrrrrrgggghhh... Apakah aku berdoa bukan lagi tentang meminta, tapi hatiku sudah sampai ke titik paling dalam, dimana pasrah bukan tanda menyerah, tapi bentuk tertinggi dari imanku kepadanya, maa suamimu mengajarkan sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya bahkan setelah aku bercerai.
Bahkan kalau aku menutup mata atau menatap tangan ku sendiri dalam doaku, dengan mata basah dan berkata lirih. Yaa Allah' jika ini takdirku ajari aku mencintainya, maka yakinlah Allah' sedang memelukmu, dari yang bisa kamu bayangkan, sebab cinta dan takdir tak datang dari dia yang menerima dengan mudah. Dan Ketahuilah selalu ada yang diam diam mendoakanmu agar hatimu tetap kuat. Tanpa perlu alasan lain, selain kerena itu pilihan Allah, yang selalu percaya Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hamba nya.
Hari ini bapakku sendiri membuat ku mengerti kalau berani yang dia maksud bukan tentang berkelahi. Tetapi berani jatuh, berani tanggung jawab, berani gagal, berani kecewa, berani ambil resiko, berani berjuang, berani bangkit, berani memaafkan, berani berproses, berani mengakui kesalahan, berani memulai baru, dan berani memilih.
Maa, doa kan aku, agar aku bisa berdamai dengan diriku sendiri, ternyata ikhlas menjadi ending terbaik. Sekarang aku suka hitam jadi jangan datang sebagai pelangi karena itu akan merusak warna kesukaanku, dan sekarang aku masih percaya dengan cinta tapi aku sudah tidak percaya kalau aku benar benar akan dicintai. Dan aku mengerti bukan Allah yang tidak adil tapi aku sendiri yang tidak adil kepadanya.
Terima kasih... Untuk ke dua orang tuaku...
A,n2²7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar